Waspadai penyakit epilepsi mengintai keluarga Anda, terutama anak-anak. Selama ini ada stigma negatif yang melekat pada penyandang epilepsi. Hal itu menyebabkan masyarakat enggan memeriksakan dan mengobati penderita.
Hal iru diungkapkan Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Harapan Ibu Purbalingga, dr. Hayati Isti Fadah kepada elemen dan lintas24.com disela-sela kegiatan Pekan Promosi Kesehatan 2016, belum lama ini.
- Hayati Isti Fadah menegaskan, epilepsi bukan penyakit menular, faktanya adalah epileksi sebagian besar dapat diobati. Akibat adanya stigma negatif, kualitas hidup penyandang epilepsi menjadi berkurang. Banyak problem psikososial dialami para penyandang epilepsi, seperti diisolasi secara sosial, kurangnya percara diri, serta munculnya kecemasan dan depresi.
“Kita harus waspadai beberapa perilaku anak kita terkait dengan epilepsi, bila si kecil kejang kelojotan, terkejut, bengong, dan kaku,” tutur dr. Hayati Isti Fadah.
RSU Harapan Ibu Purbalingga lanjut dr. Hayati Isti Fadah, telah mempunyai alat pemeriksa Electroencephalogram (EEG). Alat ini hanya dimiliki oleh tiga RSU di Banyumas yakni, RSUD Margono Soekardjo, RSUD Banyumas dan RSU Harapan Ibu Purbalingga.
Alat ini berfungsi sebagai tes medis yang digunakan untuk mengukur aktivitas listrik otak. EEG dilakukan dengan cara menempatkan elektroda pada kulit kepada. EEG sering juga disebut sebagai tes gelombang otak. EEG akan membantu mendiagnosis sejumlah kondisi kesehatan, seperti epilepsi, gangguan tidur, dan tumor otak.
“Prosedur EEG tidaklah menyakitkan dan dapat dilakukan tanpa harus mencukur rambut Anda,”ungkapnya
Kondisi kesehatan yang dapat didiagnosis dengan EEG lanjut dr. Hayati Isti Fadah diantaranya gangguan tidur (seperti narkolepsi), cedera kepala, infeksi otak, perdarahan otak, penyakit alzheimer,degenerasi jaringan otak, kondisi metabolik yang mempengaruhi jaringan otak, kondisi hormonal yang mempengaruhi jaringan otak, gangguan tertentu dari sistem saraf pusat, stroke, tumor otak dan kematian otak.
“Nah, misalkan si kecil sudah positif menderita epilepsi, maka harus diterapi dan dilakukan pengobatan secara intensif, agar anak dapat kembali sehat dan ceria seperti sedia kala,”ungkapnya.
Selanin itu tambah dr. Hayati Isti Fadah, RSU Harapan Ibu Purbalingga juga terus melaksanakan kegiatan mengedukasi masyarakat tentang epilepsi. “Kami berharap pengetahuan masyarakat bisa meningkat mengenai epilepsi, dan bisa mengubah cara mereka memperlakukan penyandang epilepsi,” ungkap dr. Hayati Isti Fadah. (muhammad noor)