Baca Juga :Anggoro Bayu Aji – Tak Perlu Waktu Lama Kuasai Biola
Jari-jemari berpindah lincah menekan senar biola di pundak. Seakan larut dalam sayatan melodinya, wajah tertunduk, gerakan tubuhnya melambat dan sesekali mata terpejam. Alunan melodi indah yang tertata apik memecah keheningan malam.
Suasana malam semakin memanas dan keringat membasahi wajah tak menghentikan semangat untuk bisa menyihir penonton. Seakan tak kenal lelah, jari- jemari biolis cilik Nan Binar Swasti, Katarina Devina Rahardian, Mahadevi Bunga Purwatyasakti, Fatin Ramadhani Diwintri, dan Chelsea Aurellia Sugiarto melahirkan irama musik syahdu.
Lagu yang dibawakan hanyalah lagu perjuangan dan lagu daerah “Gambang Suling”. Namun, musik-musik yang ditampilkan nyatanya tak sesederhana itu. Harmonisasi musik menjadi nikmat untuk didengar telinga, gesekan biola terasa bak suara nan merdu, semua berpadu menjadi sempurna.
Balutan irama lagu, totalitas permainan dan lantunan tembang dari Muhammad Qolbi Erstanda seolah menyihir semua penonton yang hadir untuk ikut dalam tiap nafas gesekan biola yang dimainkan.
Tepuk tangan penonton pun bergemuruh di studio mini misbar (gerimis bubar) “Tampah Ngadeg”, Babakan Kalimanah Purbalingga , Minggu malam (29 September 2019). Dibawah arahan Anggoro Bayu Aji, mereka berenam sukses menarik perhatian tamu undangan untuk menikmati konser Amazing Collaboration Music Singing and Poetri bersama Bahana Melodia, Katasapa dan Perfeck Tone.
Baca Juga : Katasapa Gelar Pentas Puisi
Tanpa jeda, Trisnanto Budidoyo pegiat Katasapa naik panggung membawakan dua puisi. Gebrakan ketegasan kata membakar semangat dan totalitas penuh dalam penghayatan. Tubuhnya otomatis mulai bergerak seiring energi yang disalurkan kepada para penonton. Ekspresi wajahnya menegang seolah ingin meluapkan pesan kehilangan sosok Almarhum BJ Habibie. Estafet gemuruh tepuk tangan penontonpun terdengar hingga puncak acara saat Perfeck Tone membawakan puluhan lagu dengan diiringi alat musik akustik.
Baca Juga : Katasapa Purbalingga Sukses Gelar Teater
“Ada dua tujuan dari pentas ini, selain menunjukkan bakat bermusik, juga sebagai upaya melatih mental untuk tampil di hadapan publik. Mereka memiliki latar belakang belajar musik untuk memenuhi kebutuhan pribadi bermusik. Namun mereka semua kami dorong semangatnya untuk percaya diri tampil di hadapan publik,” tutur Anggoro Bayu Aji.
Baca Juga : Siwi Tami Wuryanti – Memainkan Biola Harus Pakai Feeling
Kesiapan mental disertai penguasaan materi bermain musik yang baik dan benar, menjadi bahan utama penampilan. Setidaknya ada empat materi yang harus dikuasai oleh para pemain musik yakni, sikap, mental, penguasaan materi serta performa.
“Semua materi itu sangat penting untuk mendukung penampilan para biolis ini. Selain itu, harapannya masyarakat bisa mengenal dan menikmati pertunjukkan permainan biola,” tuturnya.
Pemrakarsa studio mini misbar “Tampah Ngadeg”, Adi Purwanto berharap kegiatan ini dapat menjadi pemacu untuk lahirnya para pemain biola handal di Purbalingga. Tidak adanya ruang untuk berekspresi dalam bidang musik tidak boleh dijadikan alasan dan hambatan untuk memacu kreatifitas.
“Sudah empat tahun, kami menyediakan ruang kecil studio mini misbar “Tampah Ngadeg untuk memacu kreatifitas pegiat seni di Purbalingga. Saya berharap, Amazing Collaboration dapat menjadi ajang untuk berekspresi para pemain biola muda,” ungkapnya.
Seorang penonton yang hadir dalam konser itu, Yeny Kurnia Prihandini mengatakan, konser ini cukup menarik. “Saya datang bersama keluarga untuk menonton bersama,” terang dia.
Yeny menuturkan, pertunjukan seperti ini menjadi sarana hiburan yang ditunggu masyarakat. Dalam acara ini juga disajikan kolaborasi antara musik biola, puisi dan permainan alat musik akustik .
“Di kota kecil ini banyak talenta dari generasi muda yang penuh bakat dalam musik, salah satunya bermain biola,” tuturnya.