PEMALANG – Persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin meningkat menjelang pemberlakuan pasar bebas Asean pada akhir 2015 mendatang. Ini akan mempengaruhi banyak orang, terutama pekerja yang akan berkecimpung pada sektor keahlian khusus.
Kepala SMK Negeri 1 Pemalang, Dra. Widayati Eny Lestari, MA mengungkapkan, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara singkatnya bisa diartikan sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang artinya semua negara-negara yang berada dikawasan Asia Tenggara (ASEAN) menerapkan sistem perdagangan bebas.
“Indonesia dan seluruh negara-negara ASEAN lainnya (9 negara lainnya) telah menyepakati perjanjian MEA tersebut atau yang dalam bahasa Inggrisnya adalah ASEAN Economy Community atau AEC,”ungkapnya kepada lintas24.com (18/11).
“MEA akan segera berlaku di Indonesia di awal 2016,’ungkapnya.
Untuk itu lanjutnya, sekolah berkewajiban untuk memberikan benteng karakter , sebab para peserta didik akan menghadapi pergaulan internasional melalui mulai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
“Konsekuensi yang akan hadapi, pasti akan banyak budaya asing yang masuk, sehingga mereka dapat menyaring apabila terdapat budaya yang negative,”ungkapnya.
Ia menegaskan, diperlukan dukungan dari berbagai elemen masyarakat guna memperoleh hasil yang optimal. Sebab, untuk meningkatkan pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab seseorang namun, semua unsur memiliki peranan dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan program pendidikan yang diselenggarakan.
“Intinya kita terus memprioritaskan penyelenggaraan pendidikan yang berbasis mutu dan pasar kerja sesuai dengan kecenderungan global saat ini,”ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Kepala SMK Negeri 1 Randudongkal, Drs. Sobirin, MPd, SMK. Dikatakan Sobirin, SMK merupakan “kawah candradimuka” yang menggembleng dan menempa siswa menjadi tenaga kerja siap pakai dan siap bersaing di dunia kerja.
“Lulusan SMK yang telah memiliki Skill harus siap kerja selain melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi juga harus. Dan harus mampu menjadi Entepeuner yang handal sesuai dengan kemampuan yang diperolehnya”, ungkapnya
Sobirin mengutip statemen Gubernur Jateng, bahwa pendidikan merupakan media untuk memotong mata rantai kemiskinan, sedangkan pendidikan yang mencetak tenaga siap kerja adalah SMK. Maka SMK harus dibenahi secraa keseluruhan, bukan hanya pada jumlah sekolahnya tetapi juga pada mutu serta proses KBM-nya.
“SMK harus didukung guru produktif yang kompeten yang saat ini masih sangat kekurangan,”ungkapnya