Semriwing, Permen Davos Pertahankan Kemasan Lama

Uncategorized167 views

Umumnya sebuah produk terus dilakukan inovasi untuk menyesuaikan perkembangan zaman, namun lain halnya dengan permen Davos yang tetap mempertahankan format lama produk. Permen yang diproduksi di PT Slamet Langgeng, kelurahan Kandanggampang, Purbalingga ini diklaim paling laris untuk varian dengan kemasan lama.

Managing Director PT Slamet Langgeng, Nicodemus Hardi mengaku pihaknya sempat melakukan berbagai inovasi terhadap permen yang sudah diproduksi sejak tahun 1931 ini. Diantaranya dengan pemberian rasa buah, perubahan bungkus menjadi lebih moderen dan memvariasikan ukuran, namun tanpa ia ketahui alasannya, Davos dengan kemasan lama justru paling tinggi tingkat permintaannya.

“Pernah kami (perusahaan,red) melakukan forum group disscusion, berdasarkan survei muncul opini bahwa permen Davos ini mendapat imej sebagai ‘permennya embah-embah’ sehingga disarankan untuk melakukan moderenisasi produk. Namun saya tidak tahu dasar darimana alasan itu, faktanya Davos Roll atau yang lama itu tetap tinggi permintaannya,” katanya kepada wartawan dalam kegiatan Safari Jurnalisik.

Ia merinci, perusahaannya kini tengah memproduksi berbagai varian permen Davos. Diantaranya Davos Lux dengan bentuk tablet kecil kemasan karton hijau, Davos Mini dengan bentuk serupa Davos Lux dengan rasa lebih pedas dan kemasan berupa karton biru. Selain itu juga varian Davos Roll yakni bentuk permen paling lawas yang dimiliki dengan bentuk tablet besar, papermint sangat kuat dan dibungkus kemasan kertas digulung. Lalu juga diproduksi Davos Kantong Mild yakni bentuk sama dengan Davos Roll hanya dibungkus dengan plastik seperti permen kebanyakan. Sementara untuk davos rasa buah sudah tidak lagi diproduksi.

Terkait pemasaran, Nico mengaku hanya baru dijual ke distributor grosir di Pulau Jawa. Namun demikian ia juga sering mendapati informasi bahwa permennya juga dijual secara eceran di mancanegara seperti Amerika Serikat, Belanda dan Malaysia. Terkait hal itu, ia menegaskan pahwa pihaknya tidak melakukan pedagangan ekspor.

“Tersebarnya permen davos ke luar negeri dipastikan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan trading yang dipasok dari channel distributor kami,” ungkapnya.

Permen Davos terkenal cukup legendaris di Pulau Jawa ini. Salah satunya justru karena kemasan, bentuk dan rasa permen yang tidak pernah berubah. Selain itu juga usia indutrinya sudah cukup tua. Menurut Nico yang merujuk pada data di Company Profile menjelaskan pabrik produksi permen Davos sudah berlangsung sejak 28 Desember 1931. Perusahaan awalnya didirikan oleh Siem Kie Djian.

Awalnya perusahaan ini membuat dua jenis merek dagang yakni Davos dan Kresno dengan ruangan produksi yang kecil dan mesin pencetak yang sangat terbatas. Ketika mulai berkembang, perusahaan ini mulai merambah ke produksi minuma ‘Limun’ pada 20 Maret 1933. Ketika semakin berkembang lagi lalu juga merambah produksi biskuit pada 20 Februari 1937.

Pada tahun 1942, masa Revolusi terjadi, perusahaan mengalami dampak sehingga produksi merosot dan yang akhirnya mengalami kemacetan. Pasca revolusi kemerdekaan, perusahaan kembali beroperasi.  Tanggal 6 Mei 1959 berubah status dari perusahaan perorangan menjadi perusahaan comanditer atau CV dengan pimpinan masih Siem Kie Djian. Tidak lama kemudian tanggal 29 September 1961 berubah menjadi PT Slamet Langgeng dengan memproduksi 3 jenis produk yakni Permen (Davos, Kresna, Alpina dan Davos Lux), Limun biskuit merek ‘Slamet’. Tahun 1973, untuk biskuit dan limun tidak lagi diproduksi karena mengalami kesulitan pemasaran.

“Prinsip kami dalam berdagang adalah mempertahankan hubungan baik dengan distributor. Misalkan terjadi kerusakan produk, meskipun karena kelalaian mereka, bukan cacat produksi, maka akan kami ganti. Namun dengan itu mereka jadi loyal kepada kita,” tuturnya. (Ganda Kurniawan)