Bupati Banyumas Achmad Husein meminta seluruh desa di Banyumas untuk menyediakan tempat karantina khusus bagi pemudik. Hal ini direspon cepat Desa. Saat ini tempat karantina desa, yang dapat digunakan untuk menampung pemudik atau orang dalam pemantauan (ODP) mencapai 2.068 ruang dan masih terus bertambah.
“Warga Banyumas yang baru pulang kampung harus mengikuti aturan karantina selama 14 hari sebelum benar-benar diizinkan pulang ke rumah. Proses karantina pemudik dan ODP, disiapkan oleh Pemerintah Desa dengan menempati di aula kantor desa, sekolah dasar, maupun bangunan dinas yang lain,” tutur Asisten Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Banyumas, Srie Yono
Menurutnya segala biaya yang timbul untuk upaya pencegahan dan penanganan Covid-19 dapat dialokasikan dari Dana Desa (DD) dengan alokasi maksimal 35 persen dan Dana Desa tersebut.
“Saat ini tempat tidur untuk karantina di GOR tersedia 320 tempat tidur terisi sekitar 140-an, dan karantina desa sebanyak 2.068 tempat tidur terisi 200-an orang,” katanya.
Dari penjelasan para pemudik yang dikarantina, mereka terpaksa pulang karena sudah tidak bekerja dan tidak mempunyai tempat tinggal lagi. Sementara berdasarkan data kumulatif penghuni karantina GOR Satria sejak 24 April sampai 10 Mei, total kedatangan pemudik di GOR Satria mencapai 590 pemudik. Dengan rincian 485 pemudik laki-laki dan 105 pemudik perempuan. Dominasi usia pemudik yakni usia 21 tahun hingga 30 tahun.
Koordinator Tim Dinas Kesehatan di Karantina GOR Satria, dr Anwar Hudiono mengatakan mayoritas pemudik mengalami gangguan gatal-gatal selain serangan tomcat. Dari catatan harian posko Dinas Kesehatan Banyumas sampai Selasa (12/5) masih ditemukan pemudik yang terkena serangan tomcat meski jumlahnya tidak banyak.
“Ada pemudik yang harus sampai dilarikan ke rumah sakit. Tetapi itu karena ketika dibawa kesini (GOR, red) keadaannya memang sudah sakit,” katanya
Adapun jumlah penghuni karantina GOR Satria dari luar negeri terbanyak datang dari Taiwan sejumlah 9 orang, Hongkong 4 orang, Singapura 2 orang serta Malaysia dan Brazil 1 orang. Sementara dari luar Jawa, pemudik terbanyak datang dari Pulau Bali 7 orang, penumpang kapal pesiar 5 orang, Palembang 3 orang serta Medan, Riau, Kalimantan dan Gowa masing-masing 1 orang. Sementara berdasarkan alamat pemudik per kecamatan, paling banyak pemudik dari Patikraja mencapai 91 orang.
“Dari Gowa ada 1 orang. Tapi bukan peserta Ijtima,” pungkas dr Anwar.