Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purbalingga sukses menggelar Kongres Ebeg dan Gelar Seni 2019. Sebanyak 170 ketua komunitas dan grup kesenian ebeg se-Kabupaten Purbalingga mengikuti kongres yang baru pertama kali diselenggarakan.
Kepala Dindikbud, Setiyadi menuturkan, tujuan kongres ebeg ini untuk menjalin komunikasi serta mewadahi komunitas dan grup kesenian ebeg dari seluruh Kecamatan yang ada di Purbalingga dalam satu paguyuban. Kongres ini mengangkat tema “Ebeg Purbalingga Untuk Indonesia”
“Dalam kongres tadi, telah terbentuk Paguyuban Keluarga Ebeg Purbalingga yang kita singkat menjadi Paku Beling. Selain itu, dalam acara rembug masyarakat ebeg menghasilkan kesamaan visi dan misi dari pimpinan komunitas dan kelompok ebeg di Purbalingga untuk merawat serta membumikan ebeg. Kami ingin ebeg Purbalingga bisa dikenal di seluruh Indonesia,”tuturnya disela kegiatan di lapangan Kelurahan Purbalingga Lor, Minggu (1 Desember 2019)
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Partiwi mengapresiasi terselenggaranya Kongres Ebeg dan Gelar Seni 2019. Ini kegiatan pertama kali diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Jadi kegiatan ini selain menjadi ajang silaturahmi, dapat menjadi salah even budaya dan atraksi pariwisata di Kabupaten Purbalingga.
“Mudah-mudahan nanti konsisten, kongres ebeg ini dapat diselenggarakan setiap tahun. Saya juga bangga telah terbentuk Paku Beling, semoga paguyuban ini dapat menjadi wadah berkumpulnya para pegiat dan seniman ebeg Purbalingga. Saya juga mengajak generasi milenial untuk terus mau mencintai seni budaya lokal yakni ebeg ini,” tutur Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Partiwi
Ketua Paku Beling, Tuwarno menuturkan, kongres ini merupakan dambaan pegiat kesenian ebeg di Kabupaten Purbalingga. Terselenggaranya kongres ebeg ini merupakan wujud mimpi besar para pegiat serta pemerhati seni budaya ebeg di Purbalingga untuk dapat berkumpul menjadi satu.
“Semua permasalahan yang dihadapi oleh komunitas dan grup ebeg akan dibahas dan dimusyawarahkan dalam Paku Beling. Kita sebenarnya mempunyai pekerjaan rumah, diantaranya regenerasi sinden dan penabuh kendang. Nanti, kita akan rumuskan bagaimana mencari kader-kader sinden dan penabuh kendang,” tuturnya.
Dalang Ebeg Lestari Muda Desa Sirandu Kecamatan Karangjambu, Kuat mengaku bangga dengan diselenggarakan kongres ebeg ini. Ia berharap, seni budaya yang adi luhung ini dapat menjadi warisan budaya kepada generasi muda.
“Saya berharap, ebeg ini dapat menjadi tontonan yang menarik dan menghibur. Saya juga berharap ada kesepakatan tarif. Jangan ada persaingan tarif, mematok harga yang wajar saja. Saya berharap Paku Beling yang baru terbentuk dapat menjembatani komunikasi antar pimpinan komunitas dan grup kesenian ebeg,” tutur warga RT 08 RW 04 Desa Sirandu.
Hal senada diungkapkan Suwarni, Dalang Ebeg Muda Laras Desa Kedungbenda. Dia mengatakan, generasi muda saat ini sudah mulai mencintai kesenian ebeg. Ini artinya, diperlukan perhatian khusus dari para pimpinan komunitas dan grup kesenian ebeg untuk dapat meningkatkan performa tontonan.
“Saya fokus ke pemain ebeg wanita. Ebeg ini seni budaya dan tontonan milik masyarakat. Bisa ditonton oleh semua lapisan masyarakat, semua kalangan tanpa melihat pangkat dan derajat, “tutunya.
Kongres Ebeg memutuskan membentuk Paku Beling dengan Ketua Tuwarno, Sekretaris Yoga Tri Cahyono, dan Bendahara Priyawan. Sedangkan dalam Gelar Seni 2019 dipentaskan flasmob ebeg oleh 40 orang pemain dengan menonjolkan keserasian gerak. Tak kalah serunya, tarian ebeg kolosal yang diikuti oleh 550 orang penari dari 170 komunitas dan grup kesenian menarik perhatian Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Partiwi, Ketua DPRD Purbalingga Bambang Irawan dan Kepala Dindikbud, Setyadi untuk ikut menari disaksikan ribuan penonton