Pertama di Indonesia Peragaan Busana Batik Digelar di Dalam Goa
Baca juga : Lenggak-Lenggok Batik Purbalingga 2019’ Kenalkan Batik Tak Hanya Untuk Keperluan Formal
Baca juga : Pemerintah Kabupaten Purbalingga Luncurkan Platform Tuka-Tuku di Bukalapak
Batik, selembar kain polos yang dilukis dengan cairan lilin malam menggunakan alat bernama canting sehingga di atas kain itu tergores lukisan bernilai seni tinggi.
Secara terminologi dan etimologinya, batik berasal dari bahasa Jawa yaitu dari kata “mbat” (melempar) dan “titik”, yang berarti melempar titik berkali-kali pada kain. Sederhananya batik merupakan seni dalam menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasan tertentu serta membentuk sebuah bidang pewarnaan.
Baca juga : “Tuka Tuku” Resmi Diluncurkan Bukalapak
Baca juga : Patung Limbah Akar Jati Tokoh Superhero Groot Dibeli Warga Amerika
Sejak ditetapkan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat (UNESCO) sebagai warisan budaya dari Indonesia pada 2009 lalu.
Kini, setiap tanggal 2 Oktober kini diperingati sebagai hari batik nasional. Unesco menyebut batik sebagai Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity. Peninggalan warisan budaya ini memiliki filosofinya masing-masing tergantung daerah asalnya. Dengan kata lain, batik tidak sekedar kain bermotif namun mempunyai makna mendalam yang berbeda satu sama lain.
Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Purbalingga mencoba menggabungkan pemantapan pengenalan batik sebagai warisan budaya dengan obyek wisata alam Gua Lawa Purbalingga (Golaga) sebagai obyek wisata alam kebanggaan masyarakat Purbalingga. Event ini bertajuk “Batik in The Cave Amazing Golaga” yang digelar Minggu (27 Oktober 2019).
Baca juga : Disain Batik Mufti Nur Rosyid Siswa SMA N 1 Bukateja Terbaik
Baca juga : Sukses, Gebyar Batik Khas Purbalingga
“Event ini baru kali pertama digelar di Indonesia. Kami mencoba mempromosikan keindahan batik yang bernilai seni tinggi sebagai warisan budaya bangsa Indonesia serta Golaga sebagai obyek wisata alam kebanggaan masyarakat Purbalingga,” ungkap Ketua Dekranasda Purbalingga Rizal Diansyah
Pengunjung Golaga, sejak dari pintu masuk yang sudah didekorasi seperti zaman kerajaan Majapahit dengan penataan pintu dari susunan bata merah, sudah dapat menikmati berbagai macam corak kain batik. Tak hanya itu, pengunjung Golaga mulai dari anak tangga pertama hingga area lava coffe shop juga dapat melihat dari dekat busana-busana batik yang dikenakan oleh para peragawati karya pembatik dari kabupaten yang ada di lereng Gunung Slamet ini.
Menyurusi gua dengan ornamen interior alami berupa batuan gua yang terbentuk akibat dari pembekuan dan pendinginan lava yang berubah menjadi keras dan tidak mengandung kapur. Pengunjung dapat melihat dari dekat beberapa motif kain batik seperti Batik Keas dari sentra Karangtalun, Batik Wayang Suket dari sentra Cipaku, Batik Lunglungan Latar Jahe, Batik Parang Tudung dari sentra Limbasari, Batik Jagatan dari sentra Tlagayasa, serta batik dari sentra Desa Galuh, Dagan, Palumbungan, Jatisaba, Kemangkon, Kalimanah, Karangmoncol dan Kembaran Kulon.
“Masing-masing perajin batik memiliki karakteristik tersendiri dalam menorehkan motif batiknya. Sebagian motif para perajin tidak lepas dari lingkungan sekitar. Seperti motif kembang dan daun, binatang maupun alam sekitar,” tutur Rizal.
Dia menjelaskan, motif batik yang dipakai para peragawati tersebut dibuat seluruhnya oleh perajin batik yang ada di Purbalingga. Penggarapan memakan waktu sekitar 1,5 sampai 2 minggu. Hasilnya juga luar biasa.
“Motif batik yang ditampilkan hari ini tidak kalah dengan batik daerah lain,” katanya sembari berpromosi.
Sebanyak 38 peragawati sebelum berjalan Catwalk di Gua Dada Lawa, berdiri berjejer didepan Pertapan Prabu Siliwangi, Goa Waringin Seto, kemudian menyusuri telaga warna hingga sampai di Goa Lorong Panembahan.
Tepat didepan Pancuran Slamet & Sendang Drajat, pengunjung juga dapat menikmati cara membatik yang dipertontonkan oleh Rizki Purwita Sari, pembatik sekaligus pemilik Galeri Batik Purwita Majapura. Titik puncak event ini dilaksanakan di Goa Balai Pertemuan Agung & Gangsiran Bupati Goentoer, para peragawati berlenggak-lenggok penuh kepecayaan memamerkan busana karya Samuel Watimena dan disainer dari Kota Perwira ini,
“Event ini terbilang unik. Cat walk yang kami gunakan adalah kawasan goa yang dingin dan lembab serta gelap. Namun dibantu dengan pencahayaan yang eksotis, membuat peragawati yang mengenakan motif batik Purbalingga sangat menawan,” kata desainer Samuel Wattimena yang menjadi penata acara tersebut.
Acara fashion show di dalam goa ini menurut Samuel Watimmena memang baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia. Acara tersebut menjadi perpaduan yang apik antara pameran motif batik khas Purbalingga dan juga obyek wisata yang ada. “Penonton bisa menikmati batik dan juga berwisata,” lanjutnya.
Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi menyampaikan, keberadaan perajin batik di Purbalingga perlu dikembangkan dan diberdayakan. Tujuannya agar mereka tetap eksis dalam menekuni profesinya. Pihaknya akan terus memberikan pendampingan.
Rangkaian Hari Batik Nasional Tingkat Kabupaten Purbalingga juga disemarakkan dengan sejumlah kegiatan lain. Diantaranya produk dan bazar batik khas Purbalingga dan lenggak lenggok batik yang digelar di Taman Kota Usman Janatin pada Jumat (25 Oktober 2019) hingga Sabtu (26 Oktober 2019).