Mengenal Jevany Nur Haerunisa dan Fatma Amalia Adyan Penulis Cilik dari MTs Negeri 1 Purbalingga

Uncategorized116 views

Semua penulis pasti pernah merasakan senang ketika berhasil menciptakan sebuah karya. Terutama ketika dimasa awal memulai menulis dengan menggunakan kata-kata yang tepat agar tulisannya indah.

Menulis memang bukan perkara yang mudah. Sejumlah alasan membuat sejumlah orang menghindari untuk menulis. Namun,  bagi Jevany Nur Haerunisa dan Fatma Amalia Adyan menulis merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan.

Mereka berdua telah membuktikan. Latihan dan ketekunan menulis dengan segudang ide dan gagasan mereka tuangkan menjadi cerita pendek. Mereka berdua berkontribusi dalam buku antologi cerita pendek (cerpen)  bertajuk Sang Desainer Batik. Cerpen yang berjudul Sebuah Janji dan Akibat Kebohonganku karya mereka berdua menajdi bagian dari buku yang bari-baru ini diluncurkan Satria Indra Prasta (SIP) Publishing. Buku ini merupakan kumpulan cerpen karya terbaik 23 peserta Lomba Penulis Cilik Purbalingga 2019.

“Saya menulis karena saya menyukainya. Menulis benar-benar menjadi alat untuk mengekspresikan diri. Setidaknya saya bisa menuliskan apa yang saya rasakan, apa yang saya lakukan, dan apapun yang saya pikirkan. Terkadang, saya ingin menuliskan semuanya. Menulis dengan bebas. Menulis apapun. Menulis kapan pun,” ungkap Jevany Nur Haerunisa siswa kelas 7 MTs Negeri 1 Purbalingga

Cerpen mengangkat berbagai macam jenis kisah. Baik itu kisah nyata maupun kisah fiksi. Siapapun bisa menulis cerpen yang dapat menarik dan menghibur pembaca. Bagi yang sudah mahir dalam tulis menulis cerpen, membuat cerpen tentu merupakan hal yang mudah. Namun, bagi para pemula yang ingin memulai menciptakan sebuah cerpen, memerlukan usaha tersendiri agar cerpen dapat menarik dan menghibur pembaca.

Tahapan menulis cerpen selanjutnya adalah menentukan tema. Tema adalah ide pokok sebuah cerita. Tema merupakan sumber pada cerita yang akan ditulis. Tema utama ini akan menentukan jalan cerita yang akan disusun dan apa yang akan terjadi di dalamnya.

“Bagi saya yang pemula, menentukan tema yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan tema-tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari akan dengan mudah mengembangkan jalan cerita itu sendiri,” tambah Fatma Amalia Adyan

Guru MTs Negeri 1 Karanganyar, Abas Rosyadi mengatakan, faktor utama penyebab rendahnya budaya menulis dikalangan siswa disebabkan rendahnya budaya baca dan tidak adanya pembiasaan menulis sejak dini. Kita lebih cenderung menghakimi diri “tidak bakat” menulis, sedangkan bakat tidak akan membawa perubahan berarti jika tidak diasah dengan pembiasaan yang konsisten.

“Faktor pembiasaan inilah yang pada akhirnya lebih cenderung mendekatkan kita pada keberhasilan menjadi penulis,” tuturnya

Ia meyakini, bahwa aktvitas membaca merupakan sebuah upaya menambah perbedaharaan pikiran sebelum kita membuatnya secara khas dalam bentuk tulisan. Tidak ada hal yang dapat ditulis dengan baik, jika tidak melalui proses membaca terlebih dahulu. Seperti yang dilakukan di MTs Negeri 1 KPurbalingga, pembiasaan membaca sudah ditanamkan kepada para siswa, seperti dilaksanakan Senin Ceria, perwalian, hafalan surat-surat pendek Al Quran dan pembiasaan melalui Kelompok Ilmiah Remaja.

“Oleh karena itu biasakanlah membaca dan menulis sebagai kebutuhan. Seorang tidak akan dapat menulis dengan baik jika tidak diawali dengan kegiatan membaca terlebih dahulu,” tuturnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *