MDMC Jawa Tengah dan Banyumas Salurkan Bantuan Air Bersih

Uncategorized115 views

Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Tengah bersama seluruh elemen Muhammadiyah memberikan bantuan air bersih secara berkesinambungan. Relawan Muhammadiyah secara rutin setiap hari melakukan distribusi air di 3 kecamatan diantaranya Kecamatan Cilongok, Tambak dan Kalibagor Kabupaten Banyumas sejak tanggal 1 September 2019.

Ketua MDMC Jateng yang berkesempatan langsung menyaksikan distribusi air bersih menyampaikan “Perlu kiranya Muhammadiyah bergerak serempak membantu kesulitan warga di musim kekeringan ini” ujarnya.

Secara umum keluarga besar Muhammadiyah kerap memberikan bantuan air bersih dengan cara distribusi melalui tangki air sesuai kemampuan dan kapasitas armada. Perlu ditempuh cara cara yang lebih intensif serta berkelanjutan dalam rangka penanganan kekeringan.

Koordinator Lapangan distribusi Air Bersih, Yahya Nur Abidin menuturkan Distribusi dilakukan menggunakan satu armada yang mampu membawa 2000 liter. Terdapat 19 Kecamatan dengan jumlah 60 desa terdampak kekeringan di Kabupaten Banyumas

“Jika memperhatikan trend kekeringan di Jawa Tengah perlu kontinjensi plan atau rencana tindak untuk tahun tahun berikutnya agar dampak kekeringan berkepanjangan ini dapat teratasi” jelasnya.

Ia menyatakan, kegiatan distribusi air bersih ini berlangsung hingga 15 Oktober. “Kami mentargetkan mampu mendistribusikan air bersih sebanyak 500 ribu liter dengan penerima manfaat mencapai 1.500 KK atau sekitar 5.000 jiwa”, tegas pria yang lebih dikenal dengan panggilan Don Aceng.

Target tersebut tidaklah tanpa alasan karena lokasi sasaran distribusi air bersih ini merupakan kawasan yang untuk pertama kalinya mengalami kekeringan tahun ini. Sebagaimana penuturan

Narso salah satu warga yang tinggal di RT.3 RW.4 Desa Sudimara Cilongok menuturkan, sebenarnya di desa Sudimara ini terdapat 3 sumur yang dikelola Pamsimas dan ditempatkan di 2 lokasi berbeda. Sumur ini pula yang selama ini mensuplai kebutuhan air bersih harian rumah tangga selain sumur milik pribadi. Sumur yang konon dalamnya bisa mencapai 150 meter ini menjadi penopang kebutuhan harian warga.

“Biasanya tidak seperti ini. Tahun kemarin musim kekeringan tetapi masih ada air di sumur rumah maupun sumur di Pamsimas. Entah kenapa tahun ini benar benar kering semua”, jelas Narso.

Hal senada disampaikan Mbah Kilem seorang janda yang hidup sendirian di rumah semi permanen. “Saya bingung kalo mau mencari air harus jalan sendiri dan jauh. Beruntung masih ada orang yang membantu saya karena sejak syawal (bulan Juli lalu)  saya sudah kesulitan mencari air karena sumur sudah asat (kering),” tutur Mbah Kilem.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *