Perang gerilya melawan Belanda pada pertengahan Desember 1948 di Yogyakarta dipimpin langsung Jenderal Soedirman. Ketika itu Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk merebut Indonesia sebagai negara jajahan.
Pasukan Belanda melakukan agresi dengan membombadir dan menembaki warga yang ada. Warga lari berhamburan diikuti sejumlah tentara dengan persenjataan lengkap .Pesawat terbang menjatuhkan bom dan mengguncang serta meluluh lantakan rumah milik penduduk. Jenderal Soedirman dalam keadaan sakit bangkit dan melapor ke Presiden Soekarno. Jenderal Soedirman tetap bersikeras berjuang meski Presiden Soekarno memintanya beristirahat.
Soedirman memutuskan bergerilya untuk melawan Belanda. Sementara pihak Belanda memerintahkan pasukannya untuk menangkap Jenderal Soedirman hidup atau mati.
Hal tersebut merupakan sepenggal sajian drama teatrikal kolosal kisah perjuangan Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Soedirman yang dimainkan oleh lebih dari 250 pelajar. Drama dengan koordinator Kapten Inf. Sarwanto, mengisahkan perjuangan Penglima Besar Jenderal Soedirman dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah.
Usai drama kolosal yang merupakan puncak dari rangkaian acara Festival Pangsar Jenderal Soedirman tahun 2020, di GOR Goentor Darjono Purbalingga, Selasa (4 Februari 2020) dilanjutkan dengan pengajian akbar Ulama kharismatik Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya memperingati Haul Jenderal Soedirman.
“Ada beberapa keteladanan dari beliau yang patut menjadi contoh saat ini yakni sifat pantang menyerah. Saat itu, Jenderal Soedirman memimpin gerilya dari Yogyakarta dalam kondisi sakit setelah operasi paru-paru,” ungkap Komandan Kodim 0702/ Purbalingga, Letkol Inf Yudhi Novrizal.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menuturkan Festival Pangsar Jenderal Soedirman telah memasuki tahun keempat. Kegiatan ini akan terus berlangsung untuk membangkitkan semangat juang, nasionalisme, dan cinta tanah air sebagai generasi penerus Pangsar Jenderal Soedirman.
“Saya berharap kegiatan ini akan mengingatkan kita kembali soal sejarah besar di Kabupaten Purbalingga tepatnya Desa Bantarbarang Kecamatan Rembang yang merupakan tempat tokoh Pangsar Jenderal Soedirman dilahirkan,” jelasnya.
Pemeran Pangsar Jenderal Soedirman, Sersan Dua Agus Wahyudi, anggota Koramil 10/ Mrebet, Kodim 0702/ Purbalingga mengaku bangga memerankan tokoh Jenderal Soedirman.
“Mantel tebal itu bukan untuk gagah-gagahan, tapi karena badan beliau masih sakit. Sedang ikat kepala itu juga untuk penghangat atau penutup kepala. Selama tujuh bulan beliau bergerilya setelah mendapat restu Presiden Soekarno dan meninggalkan Bu Dirman yang waktu itu masih mengandung anak yang kedua,” katanya usai kegiatan