Kecakapan digital tidak hanya berbicara tentang penguasaan teknologi. Tetapi juga termasuk didalamnya terkait tentang pemanfaatan teknologi yang bijak dan beretika.
Hal itu diungkapkan, Asisten Administrasi Umum Sekda Budi Susetyono mewakili Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi saat Workshop Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Literasi Digital Untuk Membentuk Karakter Mandiri dan Berwawasan Global Kelompok Kerja Kepala MTs (K3M) Muhammadiyah Purbalingga, di OR Graha Adiguna, Kamis (24 Februari 2022)
“Untuk itu saya juga berharap melalui kegiatan seperti ini nantinya tidak hanya meningkatkan kompetensi penguasaan teknologi para peserta tetapi juga membuat para peserta mampu menggunakan teknologi secara bijak dan beretika,” katanya.
Ketua Penyelenggara, Dedi Priyantono SPd menyampaikan kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari dan diselenggarakan di tempat yang berbeda, yakni OR Graha Adiguna dan Aula MTs Muhammadiyah 1 Purbalingga. Narasumber kali ini yakni Kepala Kantor Kemenag Purbalingga Karsono dan Sugiarti dari Jakarta.
“Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas SDM guru MTs Muhammadiyah dan Ushriyah, meningkatkan kompetensi pendidik dalam mengembangkan bahan ajar berbasis literasi digital dan juga pengembangan teknologi pembelajaran Abad XXI agar pembelajaran efektif dan menyenangkan,” ungkapnya
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Purbalingga, Ali Sudharmo menyampaikan Muhammadiyah punya tugas untuk membentuk umat yang baik.
Sehingga workshop ini diharapkan bisa mengaitkan untuk membentuk karakter yang mandiri dan berwawasan global tidak luput dari apa yang jadi tuntunan Rasulullah yakni Shidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah.
“Untuk karakter itu nanti kita ambilkan dari Shidiq dan Amanahnya, kemudian Tabligh ini untuk wawasan globalnya kemudian Fathonahnya kecerdasan. Sehingga di situasi atau zaman apapun ketika kita mendasarkan sifat rasul inshaallah kita akan selamat dan generasi kita menjadi generasi yang khaira ummah,” katanya.
Anggota DPRD Purbalingga, Suharto berpesan seorang guru tugas utamanya adalah mentransfer ilmu pengetahuan terbaru. Kemudian pengetahuan tersebut diberi makna lebih sehingga punya nilai manfaat yang lebih.
“Namun yang jadi persoalan kalau guru tidak di-top up pengetahuannya , tidak memiliki pengetahuan kekinian, yang mau ditransfer apanya?,” katanya.