Kemampuan literasi dapat meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Pemahaman yang paling umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis.
Baca Juga : Mantan Guru dan Siswa SMA Negeri 1 Bukateja Dilantik Bersamaan Jadi Kepala Dinas
Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila ia telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa yaitu membaca dan menulis. Jadi, makna dasar literasi sebagai kemampuan baca-tulis merupakan pintu utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas.
Baca Juga : Gubernur Jateng Ganjar Prihatin, Masyarakat Lebih Suka Baca Whatsapp Dibanding Buku
Satu manfaat membangun budaya literasi, baik dengan aktivitas membaca dan juga menulis adalah menyerap informasi dari berbagai materi dan sumber bacaan, juga menuangkan gagasan dalam lembar demi lembar tulisan dengan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan.
“Budaya literasi ini berkaitan dengan kemampuan atau skill tentang membaca dan menulis,” tutur Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarspus) Kabupaten Purbalingga, Jiah Palupi Twihantarti MM.
Kemampuan literasi dalam hal ini dapat diartikan juga sebagai proses membaca. Membaca yang dimaksud adalah membaca dalam konteks yang sangat luas. Bagi masyarakat muslim, pentingnya membaca ditekankan dalam wahyu pertama Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu perintah membaca (iqra’).
Baca Juga : Dr. Tifauzia Tyassuma. M.Sc Terbitkan Buku Body Revolution. Menerapkan Konsep Makan “Busalana”
Membaca untuk memahami, membaca untuk menganalisis lingkungan dan masalah sekitar untuk kemudian dapat digunakan sebagai bahan untuk memecahkan sebuah persoalan kehidupan.
Peradaban kita saat ini, ungkap Jiah Palupi, boleh dikatakan sebagai peradaban tulisan atau peradaban teks. Terbukti dari banjir informasi yang kita terima setiap hari dari berbagai media baik cetak maupun elektronik, sebagian besar berbentuk teks atau tulisan. Singkat kata, tulisan telah mengisi seluruh ruang kehidupan manusia modern di era globalisasi seperti saat ini.
Baca Juga : Tofik Berbagi “Jendela” Pengetahuan Gunakan Motor Pintar Taman Baca Sinar Cerah
Dalam dunia pendidikan khususnya, tulisan mutlak diperlukan. Buku-buku pelajaran maupun buku bacaan yang lainnya merupakan sarana untuk belajar para peserta didik di lembaga-lembaga sekolah mulai tingkat dasar sampi perguruan tinggi. Tanpa tulisan dan membaca, proses transformasi ilmu pengetahuan tidak akan bisa berjalan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tulisan, budaya membaca, serta menulis di kalangan masyarakat.
“Oleh karenanya, kita harus terus berupaya mendorong serta membimbing para generasi muda termasuk pelajar dan mahasiswa untuk membudayakan kegiatan literasi,”ungkapnya.
Baca Juga : Penghargaan The Best of The Best Diraih Perpustakaan Pelita Desa Muntang
Untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia biasa kita mulai dari sekolah agar kegemaran ke arah membaca sebagai bagian litersi dapat terwujud. Dimulai dari sekolah, perpustakaan sebagai jantungnya sekolah sebagai pondasi kemampuan membaca.
Budaya literasi telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa, serta meningkatkan mutu pendidikan. Bahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Awal peluncuran GLS sendiri dilakukan secara simbolis dengan memberikan buku-buku paket bacaan yang didistribusikan di berbagai sekolah sebagai tonggak budaya literasi. Pihak sekolah dan para guru harus pandai dalam menyesuaikan dan merencanakan program budaya literasi di sekolah.
“Pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama 15 menit setiap hari sebelum kegiatan belajar mengajara dimulai merupakan payung bagi keberlangsungan GLS itu,”ungkapnya.
Pondasi Baca Masyarakat di Perpustakaan Desa
Baca Juga : Tabloid Elemen Luncurkan Program Tebar Buku
Satu cara untuk mengembangkan budaya literasi dilingkungan masyarakat secara luas dengan memperkuat peran Perpustakaan Desa (Perpusdes).Perpusdes kini sudah hadir di berbagai desa dengan koleksi ratusan judul buku sesuai karakteristik masyarakat setempat.
Baca Juga : Perpustakaan Wajib Ada Di Seluruh Desa dan Kelurahan
Koleksi buku di Perpusdes perlu disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat agar mereka mau mendekat ke perpustakaan. Pasalnya, banyak ilmu praktis yang bisa didapatkan masyarakat di perpusdes dan bisa diaplikasikan langsung dalam kehidupan keseharian sehingga bisa menambah ilmu dan kesejahteraannya
“Di era globalisasi saat ini, literasi sangat penting bagi masyarakat, agar dapat memfilter berbagai informasi terutama informasi hoax yang ada di sosial media,” ungkjap Jiah Palupi
Baca Juga : Pemkab Purbalingga Genjot Tumbuhnya Perpusdes
Dari 239 Desa/ Kelurahan di Kabupaten Purbalingga, pada tahun 2018 sebanyak 73 perpusdes sudah berdiri dan telah dapat melayani masyarakat. Di tahun 2019 ditargetkan pendirian perpusdes di 75 Desa. Tahun 2020 dan 2021 ditargetkan berdiri 91 perpusdes. Diharapkan, masyarakat Purbalingga rajin untuk datang ke perpustakaan.
“Pendidikan tidak dapat berjalan jika tidak ada perpustakaan, begitu juga sebaliknya. Tingkatkan kualitas diri kita dalam dunia globalisasi saat ini,” ungkapnya. (muhammad nur_adv)