Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di Kabupaten Purbalingga diharapkan mampu menanamkan karakter yang positif kepada diri peserta didik.
Apalagi seperti saat sekarang ini, anak-anak sudah kecanduan dengan smartphone. Oleh karena itu GPAI juga harus bisa memanfaatkan semua media yang ada untuk mendukung proses pembelajaran
Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Kementerian Agama (Ka Kanmenag) Kabupaten Purbalingga, Muhammad Syafi’ saat bertemu dengan Asosiasi Guru PAI Indonesia (AGPAII), MGMP PAI dan KKG PAI Kabupaten Purbalingga di aula lantai II Kantor Kementerian Agama (Kanmenag ) Kabupaten Purbalingga, Jumat 11 Maret 2022.
“GPAI diharapkan dapat menurunkan atau mengurangi kecanduan smartphone anak didiknya. Karena, sebagai garda terdepan dalam mendidik dan mencetak karakter peserta didik diharapkan guru PAI menguasai materi dan metodologi,” kata Muhammad Syafi’.
Menurutnya, metodologi adalah hal yang lebih penting dari sekedar penyampaian materi yakni Ath thariqotu ahammu minal maddah.
Maka sebagai salah satu sumber ilmu GPAI harus selalu meningkatkan kompetensi profesionalnya baik melalui berbagai pelatihan maupun program lain yang diselenggarakan oleh pemerintah.
“Berpikir melahirkan ilmu, ilmu mempengaruhi suasana hati, dan suasana hati mempengaruhi tingkah laku,” pesannya.
Ketua DPD AGPAII Kabupaten Purbalingga, Priyanto menyampaikan, AGPAII merupakan organisasi yang menampung seluruh guru PAI yang ada di sekolah dari tingkat TK sampai dengan tingkat SMA/SMK.
“Guru PAI di kabupaten Purbalingga berjumlah 722 guru. Berstatus PNS hanya sekitar 30%, lulus PPPK 20%, dan sisanya masih berstatus GTT,” katanya.
Ketua KKG PAI kabupaten Purbalingga, Muhammad Zen mengatakan, 722 orang GPAI masih belum memenuhi kebutuhan guru PAI secara keseluruhan.
“Hal ini terbukti dalam jumlah jam mengajar, seorang guru PAI mengajar lebih dari 30 jam pelajaran dalam satu minggu. Oleh karena itu GPAI berharap selain kesejahteraan terpenuhi, ketersediaan guru juga tercukupi,” katanya.