Larangan untuk beraktifitas radius 2 kilometer di Gunung Slamet tak menyurutkan semangat Adriandaru Setyo Windhiarto beserta kawan-kawannya untuk menggelar prosesi pengibaran bendera merah putih untuk memperingati HUT Ke 74 Republik Indonesia di puncak gunung.
“Tahun ini kemungkinan tidak ada upacara pengibaran bendera merah putih di puncak Gunung Slamet. Padahal biasanya, setiap 17 Agustus ada ribuan pendaki yang merayakan hari kemerdekaan di puncak tertinggi di Jawa Tengah ini, “ungkap siswa kelas 12 jurusan multimedia SMK YPT 2 Purbalingga kepada cyber media lintas24.com
Ia mengatakan, Gunung Slamet berstatus waspada. Namun, untuk tetap melaksanakan prosesi peringatan hari kemerdekaan bangsa Indonesia dengan mengibarkan bendera merah putih dipilihlah Gunung Sindoro
“Kami memilih gunung lain. Karena prosesi ini harus terus dilaksanakan. Pengibaran bendera merah putih di puncak gunung lebih memiliki makna mendalam dan juga meresapi hasil perjuangan para pahlawan,”ungkapnya
Kepala BPBD Kabupaten Purbalingga, Umar Fauzi mengatakan, status Gunung Slamet saat ini masih pada level waspada. Pada radius 2 kilometer, dilarang ada aktifitas. Sehingga, pos pendakian juga ditutup demi keamanan.
“Status gunung berapi belum berubah atau diturunkan levelnya dalam waktu cepat. Hingga akhir pekan nanti status Gunung Slamet masih bertahan pada level II atau Waspada.Belum bisa dipastikan kapan kembali dibuka. Kami masih terus berkordinasi dengan pihak terkait, termasuk dengan kabupaten lain yang berada di lereng Gunung Slamet meliputi Pemalang dan Banyumas,” katanya
Slamet Ardiansyah, pengelola pos Pendakian Gunung Slamet di Dukuh Bambangan mengatakan, Gunung Slamet menjadi destinasi favorit para pendaki merayakan 17 Agustusan.
“Tahun-tahun sebelumnya, rata-rata ada 1.500 pendaki yang ke puncak,” katanya.