Hujan abu dikeluarkan Gunung Merapi dan terpantau dari sisi barat Dusun Tunggularum, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Status Gunung Merapi ditetapkan waspada.
Dari seismogram juga terpantau kolom awan panas setinggi sekitar 800 meter keluar dari puncak Gunung Merapi. Kondisinya terekam dalam seismogram dengan amplitudo 70 mm dan durasi 125 mm
“Kami masih terus memantau perkembangan. Saat ini warga di lereng Merapi masih tenang. Kondisi aman terkendali. Hujan abu di sisi barat Merapi tidak berlangsung lama, dan saat ini abu sudah hilang diterpa angin,” jelas Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan
nya.
Selain awan panas guguran, berdasarkan pengamatan BPPTKG dari pukul 12.00-18.00 WIB, terekam satu kali gempa awan panas guguran di gunung itu dengan amplitudo 75 mm selama 150 detik, 20 kali gempa guguran dengan amplitudo 4-35 mm selama 23.96-86.64 detik, dan empat kali gempa hembusan jauh dengan amplitudo 2-13 mm selama 16.55-113 detik.
Selanjutnya, hasil pengamatan visual menunjukkan asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah. Angin di gunung itu bertiup lemah ke arah barat dan barat laut. Suhu udara 18-23.9 derajat Celsius, kelembaban udara 28-95 persen, dan tekanan udara 569.2-708.7 mmHg.
Hingga saat ini, BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. Sehubungan semakin jauhnya jarak luncur awan panas guguran Merapi. Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi atau kantor BPPTKG, atau melalui media sosial BPPTKG.
Untuk diketahui Provinsi Jawa Tengah sepanjang 2018 menghadapi 1.760 bencana, kebanyakan tanah longsor, kebakaran, dan angin topan menurut pejabat pemerintah provinsi.
“Frekuensi kejadian bencana di Jateng selama 2016-2018 cukup tinggi dan fluktuatif. Pada 2016 data bencana alam tercatat 1.574 kejadian, 2017 sebanyak 2.304 kejadian, dan 2018 tercatat 1.760 kejadian dengan dominasi bencana tanah longsor, kebakaran, dan angin topan,” kata Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono, belum lama ini