Tentara kita jangan sekali-kali mengenal sifat menyerah kepada siapa pun juga yang akan menjajah dan menindas kita kembali. Satu pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman tersebut mengandung makna hendaknya menjadi pemimpin itu harus gigih dan mengutamakan kepentingan orang banyak.
“Tadi kita di GOR Goentor Darjono Purbalingga sudah melihat bersama drama kolosal kisah perang gerilya, satu kisah perjuangan Jenderal Soedirman untuk mengingatkan kembali bagaimana meraih kemerdekaan tidak semudah yang dibayangkan,” ungkap Dandim 0702/ Purbalingga Letkol Inf Yudi Novrizal kepada cyber media lintas24.com, usai penutupan Festival Pangsar Jenderal Soedirman tahun 2020, di Makodim 0702/ Purbalingga, Selasa (4 Februari 2020)
Ia mengungkapkan, ada beberapa keteladanan dari beliau yang patut menjadi contoh saat ini yakni sifat pantang menyerah. Saat itu, Jenderal Soedirman memimpin gerilya dari Yogyakarta dalam kondisi sakit setelah operasi paru-paru.
“Paling esensi, Pangsar Jenderal Soedirman adalah simbol persatuan. Beliau Pangsar Jenderal Besar Soedirman merupakan seorang ulama. Agama beliau sangat kuat. Kami para penerus berjanji terus menjaga keutuhan NKRI,” tegasnya.
Ia berharap adanya drama kolosal tersebut masyarakat dapat mewaris nilai-nilai sejarah yang ada. Selain itu Masyarakat Purbalingga juga harus bangga memiliki tokoh Pahlawan yang diakui dunia.
“Jenderal Soedirman adalah pahlawan dari Purbalingga. Kita sebagai warga Purbalingga harus mewarisi semangat perjuangannya,” tuturnya.