Cara Terbaik Mengatasi Cegukan

Uncategorized98 views

Penyebab cegukan paling umum adalah perut kembung. Jika perut terlalu penuh oleh gelembung makanan atau gas, kondisi itu dapat merangsang saraf vagus atau frenikus hingga terjadi cegukan. Refluks asam akibat minuman bersoda juga dapat memicu cegukan.

Literatur medis menyebut cegukan sebagai singultus, berasal dari bahasa Latin singult yang artinya megap-megap. Cegukan merupakan hal lazim bagi siapa pun yang bernapas. Bahkan, manusia cegukan sejak masih berada di dalam kandungan.

Ketika cegukan, ada kontraksi diafragma yang tiba-tiba dan tidak disengaja serta otot-otot di antara tulang rusuk. Hal ini menyebabkan asupan udara yang cepat sehingga memicu penutupan glotis dengan suara berisik. Karena itulah cegukan menimbulkan suara tertentu.

Selain itu, apapun yang mengganggu saluran pencernaan atau pernapasan dapat menyebabkan terjadinya cegukan. Beberapa contohnya yaitu mengonsumsi makanan pedas, makan terlalu cepat, atau makan dan menghirup udara secara bersamaan.

 

Cegukan juga bisa terjadi karena minum alkohol, merokok, menguap, atau konsumsi obat-obatan rekreasional. Faktor lain penyebab cegukan yakni tertawa sangat keras, berbicara penuh semangat, stres, cemas, kurang tidur, defisiensi mineral, ketidakseimbangan elektrolit, dan bercukur.

Dikutip dari laman Channel News Asia,  Scott Gabbard, ahli gastroenterologi di Klinik Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, menyarankan sejumlah penanganan cegukan. Menurut dia, penanganan terbaik adalah mengetahui dan melakukan identifikasi terkait penyebab yang mendasarinya. Misalnya, memilih minum air putih daripada soda, menghindari makanan pedas, atau mengendalikan napas saat stres atau kewalahan.

Minum obat untuk mengendalikan refluks gastrointestinal juga bisa membantu jika ada gejala lain seperti mulas. Sejumlah studi ilmiah mengulas cegukan bisa berhenti setelah pijat rektum digital dan orgasme. Untuk kasus paling ekstrem, pasien cegukan memerlukan resep obat penenang, pelemas otot, atau obat antikejang.

“Beberapa pasien membutuhkan suntikan atau penanganan alat neuromodulasi yang merangsang saraf vagus, tapi terapi invasif ini adalah pilihan terakhir,” kata Gabbard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *