Bawang merah (Allium cepa) selain untuk bumbu masakan ternyata memiliki banyak manfaat sebagai obat bahkan memiliki efek hipoglikemik yaitu dapat menurunkan gula dalam darah. Walaupun banyak orang tidak menyukai bawang merah karena baunya yang menyengat dan memiliki rasa yang tidak enak. Padahal bawang merah memiliki segudang manfaat yang belum diketahui khalayak orang banyak. Nah, apa saja sih manfaat bawang merah dan efek hipoglikemik bawang merah itu?
Di dalam umbi bawang merah, terdapat senyawa asam amino yang tidak berbau, tidak berwarna, dan dapat larut dalam air. Senyawa asam amino ini disebut alliin. Senyawa alliin dapat berubah menjadi allisin. Senyawa allisin dikenal mempunyai daya antibakteri yang kuat, dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat berbagai yang disebabkan oleh infeksi serta luka gigitan binatang berbisa.
Secara tradisional, umbi lapis bawang merah digunakan untuk peluruh dahak (obat batuk), dan mengobati penyakit-penyakit lain seperti cacingan, tekanan darah tinggi, gatal-gatal. Bang merah juiga sering digunakan sebagai obat awet muda, menghambat penuaan, meningkatkan kesuburan wanitaselain khasiat tersebut bawang merah dapt memacu enzim pencernaan, obat kencing manis (antidiabetik), antikarsinogen, menghambat penumpukkan trombosit, dan dapat meaningkatkan aktivitas fibrinolitik sehingga dapat memperlancar aliran darah.
Dari penelitian yang telah banyak dilakukan diketahui bahwa dalam bawang merah terkandung senyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan dapat menurunkan kadar lemak darah, menghambat agregasi trombosit, meningkatkan aktivitas fibrinolitik serta memobilisir kolesterol dari depositnya pada lesi atherosklerosisi,. Komponen yang diduga mempunyai efek hipoglikemik ini ialah senyawa asam amino (diphenylamine) dan senyawa yang berupa sulfide (allylpropyldisulfida). Di dalam umbi bawang merah selain mengandung gizi, juga mengandung minyak atsiri. Dalam minyak atsiri bawang merah tersebut, terdapat senyawa asam amino dan senyawa sulfide.
Mekanisme Kerja Bawang Merah dalam Menurunkan Glokusa Darah
Kandungan zat aktif dalam bawang merah yang mempunyai efek antidiabetik, yaitu allisin, dan sulfur amino acid alliin. Sulfur amino acid alliin ini oleh enzim allisinliase diurai menjadi allisin, asam piruvat dan amoniak. Senyawa allisin kemudian mengalami perubahan menjaadi senyawa amino dan senyawa sulfide.
Menurut Faizal Baraas (2014), pemecahaan alliin adalah sebagai berikut; alliin (C6H11NO2S) `yang terdapat umbi bawang merah yang masih utuh, jika dihancurkan atau dilumat-lumat akan mengeluarkan enzim fosfopiridoksal allinase atau enzim alliinliase berperan dalam proses oksidasi alliin menjadi asam alil sulfonat yang tidak stabil, kemudian allil sulfonat dengan cepat mengalami kondensasi dengan allil sulfide menjadi allisin (C6H11NO2S), asam piruvat dan amoniak. Selanjutnya allisin mengalami perubahan menjdai senyawa sulfide diantaranya yaitu dialliltrisulfida, metilalliltrisulfida dan senyawa turunan sulfide yang lain (2 Vinyl –(4H)-1,3-dithin). Senyawa sulfide inilah yang diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah atau mempunyai efek hipoglikemik dan antidiabetik.
Proses pemecahan bawang merah di dalam tubuh yaitu melalui pencernaan mekanik dan kimiawi dimulai dari mulut. Jika satu siung umbi bawang merah utuh yang mengandung alliin dikunyah sampai hancur di dalam mulut, alliin, dalam umbi bawang merah yang telah dilumat atau dihancurkan tadi, mengeluarkan enzim llinliase yang dapat menguraikan alliin menjadi allisin,. Kemudian allisin mengalami perubahan atau terurai menjadi senyawa asam amino yaitu diphenylamine, dan senyawa sulfide yaitu diallilsufida, allilpropildisulfida, methhylalliltrisulfida. Saat ditelan, allisin yang terurai kemudian masuk ke dalam lambung. Di dalam lambung allisin yang terurai menjadi sulfide dan asam amino bercampur dengan asam lambung yang memulai proses pencernaan pada saat lambung dalam keadaan kosong atau kondisi asam, senyawa sulfide dan asam amino kemudian bergerak ke usus halus yang dimulai dari usus 12 jari.
Kemudian didorong ke usus halus bagian tengah, akhirnya bergerak menuju ke ileum, di sinilah sari-sari makanan diserap oleh dinding usus halus. Untuk mencapai bagian-bagian tubuh, senyawa sulfide dan senyawa asam amino bawang merah dibawa oleh sirkulasi darah sebagai nutrien dan obat ke seluruh tubuh.
Efek hipoglikemik senyawa sulfide dan senyawa asam amini diduga terjadi di ileum, efek kedua senyawa tersebut dapat menghambat abosrbsi glukosa di ileum sehingga glukosa yang masuk ke darah menjadi berkurang. Selain menghambat di ileum, senywa sulfide dan senyawa asam amino bawang merah diduga mampu merangsang sel beta pancreas, sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin dalam tubuh dan mengatur metabolism glukosa dalam darah. Akan tetapi sebaliknya jika sel beta pancreas rusak maka senyawa bawang merah tidak dapat merangsang sintesis insulin pancreas.
Kerusakan sel beta pancreas di tandai dengan adanya kadar glukosa darah yang tinggi dan berat badan yang menurun. Kerusakan sel beta pancreas mengakibatkan pengaturan kadar glukosa secara alami di dalam tubuh terganggu. Oleh karena itu penyerapan glokusa darah juga terganggu sehingga glukosa tetap berada dalam darah dan kadar glukosa darah tetap tinggi. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa, apabila masukkan glukosa pada ileum dihambat oleh senyawa amino dan senyawa sulfide dari bawang merah, maka kadar glukosa darah yang masuk ke darah menjadi berkurang. Bila senyawa kimia bawang merah tersebut kemudian merangsang sel beta pankreas, maka akan terjadi peningkatan sekresi insulin, sehingga kadar glukosa darahpun akan menurun. Dengan demikian dapat diduga bahwa sari bawang merah berpengaruh terhadap kadar glukosa darah.
Penulis Guru Biologi SMA Negeri 1 Bukateja