Aksi balap liar di jalan Letjend S.Parman Purbalingga membuat masyarakat resah. Para peserta balapan liar kebanyakan masih dibawah umur, kendaraan yang digunakan tidak sesuai standar dan suara knalpot sangat keras dan bising serta tidak menggunakan alat pelindung diri. Mereka umumnya tidak memiliki SIM.
“Bising sekali suara knalpotnya, balap liar itu tidak mengenal waktu. Kadang sore hari menjelang buka puasa. Seringnya, malam hari hingga dini hari,” ungkap Budi warga Bancar yang rumahnya berada di pinggir jalan yang dijadikan ajang balap liar.
Ia mengaku pernah mendatangi tempat yang dijadikan titik start balap di depan Kantor PDAM dan Unperba. Kendaraan yang adu cepat ada sekitar 20 motor “protolan”. Jumlah yang menonton dipinggir jalan sangat banyak.
“Saya pernah menghitung, ada 20 motor yang siap adu cepat, jumlah penontonnya ratusan di trotoar pinggir jalan sepanjang arena balap liar itu. Saya heran, kok mereka tidak patuh akan imbauan pemerintah untuk jaga jarak dan memakai masker selama pandemi covid-19,” tuturnya
Warga lainnya, Bagyo mengungkapkan hal yang sama. Balap liar ini sepertinya menjadi pilihan untuk mengisi waktu menjelang buka puasa dan waktu imsyak. Penontonnya kebanyakan membawa sepeda motor dan diparkir di pinggir jalan
“Laju kendaraan itu diatas 100km/jam lho, nggak tahu apa yang ada pikiran mereka, motor tidak pakai lampu, pengendara tidak pakai helm. Coba kalau bersenggolan, jatuhdari kendaraan, mungkin bisa dirasakan sendiri, tetapi kalau menabrak kendaraan pengguna jalan lainnya, yang rugi orang lain,” ungkapnya.
Ia berharap kepada pihak yang berwenang untuk turun tangan dan lebih peduli akan keresahan masyarakat.
“Saya berharap, ada polisi atau tentara yang turun tangan membubarkan mereka,” pintanya