Tradisi Sungkeman menjadi implementasi Ngaku Lepat (Mengakui Kesalahan) bagi orang Jawa.
Tradisi Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, serta memohon keikhlasan ampunan dari orang lain.
Sementara itu laku papat yakni memiliki arti lebaran, luberan, leburan, dan laburan
Lebaran artinya sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Di mana pintu ampunan dibuka lebar untuk umat manusia.
Luberan mempunyai makna sebagai meluber atau melimpah, sebagai mana pada hari itu rezeki melimpah dan sebagai simbol ajaran untuk bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun menjadi hal wajib bagi umat muslim dalam menyempurnakan puasanya.
Leburan yang bermakna habis dan lebur. Yang berarti pada Idul Fitri dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat muslim harus untuk saling memaafkan satu sama lain.
Laburan berasal dari kata labur atau kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksud dari laburan supaya umat manusia menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Makna ketupat itu sendiri yaitu anyaman ketupat yang rumit menggambarkan banyaknya kesalahan yang dimiliki, dan ketika kupat itu dibelah, akan terlihat bagian dalamnya yang berwarna putih.
Ini menggambarkan hati seseorang yang putih bersih setelah mengakui kesalahan dan memaafkan orang lain.